Rabu, 25 Juni 2014

KONSEP KETUHANAN ALIRAN PANTEISME



BAB I
PENDAHULUAN


Pengetahuan tentang Tuhan dan kesetiaan terhadap aturan-aturan-Nya, merupakan dasar bagi tiap agama, baik agama langit atau pun bumi. Namun kesadaran manusia akan eksistensinya menggiring ia untuk melihat bahwa eksistensinya dipengaruhi oleh tiga sifat, yaitu: faktisitas, transendensi,  dan kebutuhan untuk mengerti.
Faktisitas berarti, bahwa eksistentsi selalu nampak di depan kesadaran manusia sebagai sesuatu yang sudah ada. Sedangkan yang dimaksud  dengan transendensi pada eksistensi manusia merupakan sifat yang nampak secara langsung dalam kesadaran manusia bahwa ia manusia, bukan hanya sekedar tubuh yang nampak dalam ruang dan waktu bersama “ada” yang lain, namun manusia adalah makhluk yang dapat melampaui dirinya melebihi dari batas ruang dan waktu dalam kesadarannya. Keberadaan kebutuhan untuk mengerti merupakan modus yang paling jelas dari transendensi kesadaran manusia. Termasuk dalam kesadaran ini adalah bahwa manusia selalu terdorong untuk selalu mempertanyakan hakikat dirinya dan dunianya. Karena hal inilah kemudian menimbulkan suatu pertanyaan mengenai dari mana ia dan dunianya berasal.
Dalam filsafat ketuhanan, pertanyaan ini akan bermuara pada wilayah mengenai eksistensi Tuhan. Persoalan mengenai eksistensi Tuhan walau kadang suka melingkar pada pengulangan kata “ada dan tiada” namun dapat diterangkan dengan beberapa argumentasi, yakni: argumentasi ontology, teologi dan kosmologi. Pendekatan ontology lebih bersifat apriori, yang mencakup tentang pengetahuan mistik dan kesadaran manusia, sedangkan argumentasi teologi dan kosmologi merupakan argumentasi yang bersifat aposteriori.
          Setiap yang “ada” memiliki eksistensinya, dan yang bereksistensi pasti memiliki sebab keberadaannya dalam mengada untuk sebuah “ada” dari eksistensinya. Oleh karena hal itu, alam semestapun memiliki sebab dari bermulanya. Pengejaran sebab atau alasan inilah yang menjadi kajian hangat dalam argumentasi sebuah penciptaan, baik dari kalangan filsafat ataupun  saintis.
         Dalam makalah atau resensi tentang konsep ketuhanan ini akan kami bahas beberapa aliran, baik aliran yang mempercayai Tuhan ataupun yang semi percaya Tuhan bahkan yang menolak eksistensiNya.











BAB II
PEMBAHASAN
KONSEP KETUHANAN ALIRAN PANTEISME


A.  PANTEISME
Panteisme terdiri dari tiga kata, yaitu Pan, berarti seluruh, Theo, berarti Tuhan, dan Ism (Isme), berarti paham. Jadi, Panteisme  atau Panteisme adalah Paham bahwa seluruhnya Tuhan.
Panteisme berpendapat bahwa seluruh alam ini adalah Tuhan dan Tuhan adalah seluruh alam. Tuhan dalam panteisme adalah satu dan sangat dekat dengan alam (imanen), hanya Tuhan mempunyai penampakan-penampakan atau cara berada Tuhan di alam. Tuhan dalam panteisme, disamping Esa juga Maha Besar, dan tidak berubah. Alam indrawi adalah ilusi atau khayal belaka karena selalu berubah. Adapun, yang wujud hakiki hanya satu, yakni Tuhan.
Dalam Islam paham ini dikenal dengan nama Wahdat  al-wujud (kesatuan wujud) yang dikemukakan oleh al-‘Arabi.  Antara paham Wahdat al-wujud dan Panteisme, disamping memiliki persamaan juga ada perbedaan. Dalam Panteisme alam adalah Tuhan dan Tuhan adalah alam, sedangkan dalam Wahdat al- wujud alam bukan Tuhan, tetapi bagian dari Tuhan.
Konsep Panteisme yang paling kuno terdapat dalam agama Hindu. Agama Hindu hanya mengakui satu realitas yang tertinggi, yaitu Brahman. Brahman adalah Tuhan yang tidak dapat dilihat dengan mata, diraba dengan tangan, didengar dengan telinga, dan diucapkan dengan lidah. Filosof modern yang mempelopori  Panteisme adalah Benedict de Spinoza, dan beberapa tokoh mutaakhir,  seperti Victor Ferkiss dan Mary Long.
Letak perbedaan antara Teisme dan Panteisme.  Dalam Teisme Tuhan adalah zat yang personal yang menciptakan alam, maka Tuhan dengan alam tidak sama, sebab Tuhan adalah pencipta dan alam adalah hasil ciptaan-Nya, tetapi Panteisme menganggap Tuhan adalah kesatuan umum (impersonal), yang mengungkapkan dirinya dalam alam. Dalam Panteisme segala sesuatu adalah Tuhan, tidak satu pun yang tidak tercakup didalam-Nya dan tidak satu pun yang bisa berada tanpa Tuhan.
Sebagaimana Teisme dan Deisme, Panteisme  juga memiliki beberapa kelebihan dan sekaligus kekurangan. Kelebihannya, adalah:
-          Pertama,
Panteisme diakui menyumbangkan suatu pemikiran yang menyeluruh (holistic) tentang sesuatu, tidak hanya bagian tertentu saja.
-          Kedua,
Panteisme menekankan imanensi Tuhan, sehingga seseorang selalu sadar bahwa Tuhan selalu dekat dengan dirinya. Dengan demikian, dia mampu mengontrol diri dan berusaha berbuat sesuai dengan ketentuan Tuhan.
-          Ketiga,
Panteisme menegaskan bahwa seseorang tidak mampu memberi batasan terhadap Tuhan dengan bahasa manusia yang terbatas. Jika Tuhan tidak terbatas dan trasenden, semua pembatasan / pengertian harus ditiadakan karena yang tidak terbatas tidak bisa ditangkap oleh sesuatu yang terbatas. Oleh karena itu, keberadaan Tuhan dalam alam adalah sekaligus untuk memudahkan pemahaman tentang Tuhan.

Kelemahan dari konsep Panteisme ini adalah :
-          Pertama,
Menurut panteisme yang radikal, manusia adalah Tuhan, sedangkan Tuhan dalam pandangan ini tidak berubah dan abadi. Kenyataan manusia berubah dan tidak abadi. Karena itu, bagaimana manusia menjadi Tuhan, ketika manusia berubah, sedangkan Tuhan tidak.
-          Kedua,
Panteisme mengatakan bahwa alam ini adalah maya bukan hakiki. Kalau ini dijadikan pegangan, maka bagaimana halnya dengan lampu lalu lintas, apakah lampu itu maya atau benar-benar real? Kalau berpegang pada Panteisme lampu itu adalah fantasi dan maya, begitu juga mobil-mobil.
-          Ketiga,
Jika Tuhan adalah alam dan alam adalah Tuhan sebagaimana ditegaskan oleh panteisme, maka tidak ada konsep kejahatan atau tidak ada kemutlakan kejahatan dan kebaikan.
Ada empat kemungkinan mengenai kejahatan dan kebaikan, yaitu:
1.     Jika Tuhan itu baik, tentu kejahatan berada diluar Tuhan
Tetapi hal ini mustahil karena tidak ada yang diluar Tuhan dan Tuhan adalah semuanya.
2.    Jika Tuhan itu jahat, tentu kebaikan berada diluar Tuhan
 Ini juga mustahil karena tidak ada yang diluar Tuhan dan Tuhan adalah semuanya.
3.    Tuhan adalah baik dan sekaligus jahat
 Ini adalah kerancuan berpikir karena ada dua hal yang bertentangan dalam waktu yang sama.
4.    Kebaikan dan kejahatan itu adalah ilusi
Kalau itu hanya ilusi, bagaimana seseorang membedakan antara kesedihan dan kegembiraan, antara memuji dan mencaci. Ole karena itu, moralitas dalam panteisme tidak bermakna dan pondasi moral dalam panteisme tidak ada.


B.  PANENTEISME
Panteisme berarti semua adalah Tuhan, tetapi Panenteisme berarti semua dalam Tuhan. Ada beberapa perbedaan antara Teisme klasik dan Panenteisme. Dalam Teisme Tuhan adalah pencipta dari tidak ada, berkuasa atas alam, tidak tergantung pada alam, tidak berubah, dan Maha Sempurna. Sedangkan dalam Panenteisme, Tuhan adalah pengatur dari materi yang sudah ada, bekerja sama dengan alam, tergantung pada alam, berubah, dan menuju kesempurnaan.
 Salah seorang pelopor Panenteisme adalah Alfred North Whitehead, dia seorang filosof dan ahli matematika dari Inggris. Menurut Whitehead, Tuhan bisa diklasifikasikan dalam tiga konsep,  yaitu:
1.     Konsep Asia Timur, tentang  tatanan yang imperasonal  yang sejalan dengan alam. Tatanan ini mengatur sendiri dalam alam, alam tidak tunduk pada suatu aturan. Konsep ini menegaskan imanensi Tuhan.
2.    Konsep Semit, tentang suatu zat yang personal yang eksistensinya adalah realitas metafisik yang tertinggi, absolut, dan mengatur alam.
3.    Konsep Panteistik, yang sudah tergambar dalam konsep Semit. Namun, panteisme berbeda dalam memandang alam. Alam bagian yang terpisah dari Tuhan dan bersifat maya. Realitas hanya Tuhan dan dalam beberapa hal, alam menampakkan diri Tuhan. Whitehead menolak semua pandangan tersebut. Menurutnya, sebagian besar Gereja-gereja Kristen, adalah munafik karena akal dimodifikasi agar menyatakan kesatuan yang personal, disisi lain ada desakan akan imanensi.
Sebagaimana konsep yang terdahulu, Panenteisme juga tidak luput dari kritikan dari penganut Teisme, antara lain adalah :
1.     Ide tentang satu Tuhan yang sekaligus terbatas dan tidak terbatas, mungkin dan tidak mungkin, absolut dan relatif adalah kerancuan berpikir.
2.    Ide tentang Tuhan sebagai wujud yang disebabkan oleh diri sendiri menimbulkan problem. Sulit untuk mengakui suatu wujud mampu menyebabkan dirinya sendiri.
3.    Sulit untuk dimengerti bagaimana segala sesuatu yang relatif dan selalu berubah, bisa diketahui kebenarannya. Mampukah seseorang mengetahui bahwa sesuatu berubah, tanpa adanya standar yang tidak berubah yang digunakan untuk mengukur perubahan?
Para pendukung Panenteisme menghadapi suatu dilema. Mereka meyakini Tuhan meliputi semua jagat raya dalam waktu yang sama. Namun, mereka juga meyakini Tuhan terbatas dalam waktu dan ruang. Sesuatu yang terbatas oleh waktu dan ruang tidak mampu berfikir/mengetahui melebihi kecepatan cahaya. Karena jagat raya terlalu luas, maka seseorang yang ingin mengitarinya perlu waktu bertahun-tahun dengan kecepatan 186.000 mil per detik. Oleh sebab itu, mustahil Tuhan yang terbatas oleh waktu dan ruang mampu meliputi semua jagat raya.





BAB III
PENUTUPAN

A.  Kesimpulan
Dari semua pandangan tentang teisme, deisme, panteisme, dan panenteisme, tidak dapat memuaskan para filosof, dan ketidakpuasan mereka atas berbagai pandangan diatas adalah wajar karena hal itu adalah pernainan logika dan katagori-katagori akal. Lagi pula ruang metafisika terbuka untuk mengadakan spekulasi sebanyak mungkin dan sedalam- dalamnya. Karena itu, menurut penganut agama penjelasan yang sangat memuaskan tentang Tuhan bukan berasal dari akal, tetapi dari wahyu. Wahyulah yang mendatangkan ketenangan dan sekaligus kejelasan tentang Tuhan. Akal hanya sebagai alat bantu untuk memahami wahyu tersebut, bukan sebagai sumber utama.

B.    Saran
Panteisme menekankan imanensi Tuhan, sehingga seseorang selalu sadar bahwa Tuhan selalu dekat dengan dirinya. Dengan demikian, dia mampu mengontrol diri dan berusaha berbuat sesuai dengan ketentuan Tuhan.
Panteisme menegaskan bahwa seseorang tidak mampu memberi batasan terhadap Tuhan dengan bahasa manusia yang terbatas. Jika Tuhan tidak terbatas dan trasenden, semua pembatasan / pengertian harus ditiadakan karena yang tidak terbatas tidak bisa ditangkap oleh sesuatu yang terbatas. Oleh karena itu, keberadaan Tuhan dalam alam adalah sekaligus untuk memudahkan pemahaman tentang Tuhan.






















DAFTAR PUSTAKA


Franz Magnis Suseno, menalar Tuhan. Kanasius hal 53
Franz magnis suseno, menalar Tuhan, pustaka kanasius djogja. Hal 57.
Ahmad Tafsir, Filsafat Ilmu.


























KATA PENGANTAR


Segenap puji bagi Allah SWT. Shalawat dan salam semoga selalu dicurahkan kepada Rasulullah SAW juga kepada para sahabat-sahabatnya sert a orang yang mendukungnya.
Makalah ini dibuat oleh penyusun untuk memenuhi  tugas Filsafat  Islam yang membahas tentang kumpulan materi yang menyangkut dengan Konsep Ketuhanan Aliran Panteisme.
Jika dalam makalah ini masih terdapat banyak kekurangan baik menyangkut isi maupun penulisan terutama disebabkan Karena kelemahan dan keterbatasan pengetahuan kami.
Kami  sebagai penyusun makalah ini mohon maaf dan kami  menerima saran maupun kritik anda yang membaca susunan makalah ini.
Terima kasih kami ucapkan, mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat bagi kita serta menambah wawasan pengetahuan kita.
Amin…………………..

Indramayu, 10 Maret 2012



Penyusun


DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR ........................................................................................... i
DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii

BAB I     PENDAHULUAN ............................................................................... 1

BAB II   PEMBAHASAN ................................................................................. 3
A.   PANTEISME................................................................................ 3
B.    PANENTEISME.......................................................................... 5

BAB III  PENUTUP............................................................................................ 8
A.   Kesimpulan ................................................................................... 8
B.    Saran ............................................................................................ 8

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 9








MAKALAH

KONSEP KETUHANAN PANTEISME

Makalah Ini Di Ajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas
Mata Kuliah Filsafat Islam
Dosen : Jaenudin, Drs. M.Ag.



 









Disusun oleh :

Habibah Asshiamah


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS WIRALODRA INDRAMAYU
2012


Tidak ada komentar:

Posting Komentar